Sabtu, 24 Desember 2011

Outlook Ekonomi: 2012 tahun Krisis!


Kamis 22 Desember 2011 lalu, bertepatan dengan hari ibu, Kantor Bank Indonesia Semarang mengadakan Seminar Outlook Ekonomi Jawa Tengah 2012. Acara diisi oleh dua pembicara yaitu Prof FX Sugiyanto dari UNDIP dan Dr. Tony Prasetiantono dari UGM. Acara makin menarik karena dimoderatori oleh Maria Kalaij dari Metro TV yang biasa membawakan acara “Market Review” dan “Bisnis Hari Ini.”

Sebelumnya pimpinan Kantor Bank Indonesia Semarang, Joni Swastanto juga memberikan sambutan sambil memaparkan kondisi perekonomian Jawa Tengah selama 2011 dari sisi Bank Indonesia. Menurut BI, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2011 lebih baik dari 2010. Hal ini dapat dilihat dari:  (1) Konsumsi rumah tangga yang naik 6 – 7% yang bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga nasional yang hanya 4 – 5%. (2) Investasi tumbuh sekitar 9 – 10%. dan (3) Ekspor meningkat 8,69% sedangkan impor meningkat 39,3%. Sehingga secara keseluruhan perekonomian jawa tengah tahun 2011 tumbuh sekitar 6 – 6,3 %. Pertumbuhan ini tentunya tak lepas dari sektor-sektor penunjang di Jawa Tengah yakni sektor Industri tumbuh 6%. Kenaikan sektor industri dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang baik. Sektor Pariwisata Hotel dan Restoran tumbuh 7,1%. Sektor PHR ini selain dipengaruhi oleh daya beli masyarakat juga ditunjang adanya berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Jawa Tengah. Yang terakhir adalah sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan 3,9%. Pertumbuhan sektor pertanian lebih dikarenakan produksi padi yang baik dan kondisi cuaca yang bersahabat.
Berdasarkan kondisi tahun 2011, maka tahun 2012 memiliki sejumlah peluang dan tantangan. Berbagai peluang yang ada diantaranya ekspor barang premium yang diprediksi akan menguat, daya beli masyarakat yang terjaga, dan investasi akan tumbuh karena terdapat pelaksanaan beberapa proyek di Jawa Tengah. Sementara itu tantangan yang timbul antara lain adalah adanya krisis eropa yang kemungkinan besar dampaknya akan terasa sampai Jawa Tengah.
Sementara itu Dr Tony memaparkan krisis 2012 secara kronologis. Bahwa menurutnya krisis yang terjadi di AS dan menyusul Eropa adalah karena adanya sebuah sistem yang dulu sangat diagung-agungkan. Sistem itu bernama welfare state. Di AS, ada istilah TGIF atau Thanks God Its Friday, di mana setiap hari jumat pemerintah memberikan subsidi berupa kupon untuk para pengangguran, pensiunan, dan orang miskin. Sistem ini memang memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat AS, namun hal ini juga memicu penurunan sikap mental. Yaitu munculnya voluntary unemployment. Di mana orang secara sukarela menganggur daripada menerima pekerjaan yang upahnya sedikit. Selain itu APBN AS jebol yang berakibat hutang AS meningkat tajam. Dampak yang terakhir adalah meningkatnya jumlah usia non produktif. Hal-hal ini diterapkan juga di negara-negara Eropa, bahkan Jepang. Maka tidak heran jika melihat buruknya rasio debt to GDP mereka. Untuk kasus di AS bahkan lebih parah karena AS sering mengadakan perang yang menghabiskan biaya sangat banyak. Semua ini diprediksi akan memicu krisis pada 2012.
Namun krisis ini bukan tanpa solusi. Masing-masing Negara sudah melakukan tindakan antisipasi. Amerika Serikat misalnya, mereka menerapkan kebijakan moneter (suku bunga rendah dan quantitative easing) dan kebijakan fiskal (menambah utang USD I triliun setahun dan menambah pajak orang kaya USD 1,5 triliun). Sementara itu untuk menyelamatkan Yunani, Jerman dan Negara-negara kuat Eropa  memberikan talangan. Demikian juga China, Brazil, dan Rusia. Lalu bagaimana jika Negara lain seperti Portugal, Italia, Irlandia, dan Spanyol mengikuti Yunani? Dr Tony mengutip dari majalah The Economist, di situ Paul Krugman mengungkapkan bahwa euro zone sudah selayaknya dibubarkan. Karena sangat tidak mungkin satu mata uang (euro) dipakai beberapa Negara dengan tingkat kemakmuran yang sangat berbeda satu sama lain? Lalu seberapa besar kemampuan euro zone memberikan talangan, jika krisis tidak hanya terjadi di Yunani dan Italia, namun juga Portugal dan Spanyol? Namun Dr Tony memberikan statement bahwa di tengah krisis yang akan terjadi pada 2012 Indonesia akan survive meskipun krisis 2012 akan lebih besar dari 2008. Hal ini disinyalir karena pasar domestic kuat, ekspor hanya berkontribusi sebesar 3% dari PDB, sektor financial kuat secara fundamental, dan cadangan devisa sebesar USD 11 miliar, jauh lebih baik dari krisis 2009 (USD 60 miliar) dan krisis 1998 (USD 20 miliar). Akhirnya Dr Tony memberikan ramalannya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 tetap di angka 6%.
 Pembicara yang kedua Prof FX Sugiyanto lebih berfokus pada pertumbuhan inklusif yang harus dilakukan Jawa Tengah. Karena pertumbuhan ekonomi yang baik saja tidak cukup. Karena pertumbuhan ekonomi belum mampu mengurangi kemiskinan. Beliau mencontohkan pada Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap adalah daerah di Jawa Tengah yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi. Namun di Cilacap angka kemiskinan juga paling tinggi se-Jawa Tengah, begitu juga dengan kesenjangan yang terjadi. Hal ini juga dialami daerah-daerah lain seperti Kabupaten Brebes, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Wonogiri. Hal ini dikarenakan program pemerintah yang belum disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Belum lagi dalam pelaksanaan program-program itu pemerintah seperti sekedar menghabiskan anggaran saja.
Beberapa pemikiran dari Prof FX Sugiyanto: ke depannya outlook dan prospek perlu lebih memuat perkiraan yang mewadahi kinerja secara spatial dan sektoral, inflasi 2012 akan mencakup wilayah yang lebih besar, dan realisasi anggaran yang rendah sebagai cerminan lemahnya perencanaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar