
Sebelumnya pimpinan Kantor Bank Indonesia Semarang, Joni Swastanto juga memberikan sambutan sambil memaparkan kondisi perekonomian
Jawa Tengah selama 2011 dari sisi Bank Indonesia. Menurut BI, pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah tahun 2011 lebih baik dari 2010. Hal ini dapat dilihat dari:
(1) Konsumsi rumah tangga yang naik 6 –
7% yang bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga nasional
yang hanya 4 – 5%. (2) Investasi tumbuh sekitar 9 – 10%. dan (3) Ekspor
meningkat 8,69% sedangkan impor meningkat 39,3%. Sehingga secara keseluruhan
perekonomian jawa tengah tahun 2011 tumbuh sekitar 6 – 6,3 %. Pertumbuhan ini
tentunya tak lepas dari sektor-sektor penunjang di Jawa Tengah yakni sektor
Industri tumbuh 6%. Kenaikan sektor industri dipengaruhi oleh daya beli
masyarakat yang baik. Sektor Pariwisata Hotel dan Restoran tumbuh 7,1%. Sektor PHR
ini selain dipengaruhi oleh daya beli masyarakat juga ditunjang adanya berbagai
kegiatan yang diselenggarakan di Jawa Tengah. Yang terakhir adalah sektor pertanian
yang mengalami pertumbuhan 3,9%. Pertumbuhan sektor pertanian lebih dikarenakan
produksi padi yang baik dan kondisi cuaca yang bersahabat.
Berdasarkan kondisi tahun 2011,
maka tahun 2012 memiliki sejumlah peluang dan tantangan. Berbagai peluang yang
ada diantaranya ekspor barang premium yang diprediksi akan menguat, daya beli
masyarakat yang terjaga, dan investasi akan tumbuh karena terdapat pelaksanaan
beberapa proyek di Jawa Tengah. Sementara itu tantangan yang timbul antara lain
adalah adanya krisis eropa yang kemungkinan besar dampaknya akan terasa sampai
Jawa Tengah.

Namun krisis ini bukan tanpa solusi.
Masing-masing Negara sudah melakukan tindakan antisipasi. Amerika Serikat
misalnya, mereka menerapkan kebijakan moneter (suku bunga rendah dan quantitative easing) dan kebijakan fiskal
(menambah utang USD I triliun setahun dan menambah pajak orang kaya USD 1,5
triliun). Sementara itu untuk menyelamatkan Yunani, Jerman dan Negara-negara
kuat Eropa memberikan talangan. Demikian
juga China, Brazil, dan Rusia. Lalu bagaimana jika Negara lain seperti
Portugal, Italia, Irlandia, dan Spanyol mengikuti Yunani? Dr Tony mengutip dari
majalah The Economist, di situ Paul
Krugman mengungkapkan bahwa euro zone sudah selayaknya dibubarkan. Karena sangat
tidak mungkin satu mata uang (euro) dipakai beberapa Negara dengan tingkat
kemakmuran yang sangat berbeda satu sama lain? Lalu seberapa besar kemampuan
euro zone memberikan talangan, jika krisis tidak hanya terjadi di Yunani dan
Italia, namun juga Portugal dan Spanyol? Namun Dr Tony memberikan statement
bahwa di tengah krisis yang akan terjadi pada 2012 Indonesia akan survive meskipun krisis 2012 akan lebih
besar dari 2008. Hal ini disinyalir karena pasar domestic kuat, ekspor hanya berkontribusi
sebesar 3% dari PDB, sektor financial kuat secara fundamental, dan cadangan
devisa sebesar USD 11 miliar, jauh lebih baik dari krisis 2009 (USD 60 miliar)
dan krisis 1998 (USD 20 miliar). Akhirnya Dr Tony memberikan ramalannya bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 tetap di angka 6%.

Beberapa pemikiran dari Prof FX
Sugiyanto: ke depannya outlook dan prospek perlu lebih memuat perkiraan yang
mewadahi kinerja secara spatial dan sektoral, inflasi 2012 akan mencakup
wilayah yang lebih besar, dan realisasi anggaran yang rendah sebagai cerminan
lemahnya perencanaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar