Kamis, 16 Agustus 2012

Italian Super Cup 2012 (dari sudut pandang ekonomi)

Telat banget kayaknya ya baru bahas italian super cup 2012 sekarang, padahal pertandingan yang diselenggarakan di Beijing udah lewat 5 hari yang lalu.
Pertandingan ini memang rame banget, seru. Sarat kontroversi, beraromakan dendam, sekaligus bertabur simpati.

Juventus seperti yang kita tahu sedang proses bangkit. Setelah terperosok ke  seri B selama semusim akibat skandal Calciopoli, Juventus tidak langsung bersinar kembali ketika promosi ke seri A pada musim berikutnya. Pemain demi pemain direkrut, pelatih datang dan pergi silih berganti, namun tidak satu trofipun mampir ke lemari Juventus. Musim ini pun lagi-lagi Juventus mendapat musibah skandal Judi Bola Online, yang mengancam dihukumnya Allenatore Antonio Conte dan pemain bertahan Leonardo Bonucci.

Lain lagi dengan cerita Napoli. Beberapa musim terakhir prestasi Napoli memang cemerlang. Musim lalu Napoli bahkan berlaga di Liga Champions Eropa dan sukses mengkandaskan Juventus di partai final piala Italia, sehingga Napoli berhadapan dengan Juventus sebagai juara seri A di piala super Italia.

Pertandingan piala super Italia ini juga sempat menuai kontroversi. Napoli sempat mengancam mundur dari ajang ini. Alasan mereka adalah karena jauhnya lokasi pertandingan dan mepetnya waktu penyelenggaraan dengan bergulirnya kompetisi seri A musim 2012-2013. Claudio Marchisio pemain Juventus juga mengeluhkan hal yang sama, menurutnya Beijing dianggap terlalu jauh.

Meskipun akhirnya pertandingan tetap dilaksanakan di Beijing pada 11 Agustus 2012 lalu, namun buat saya pertandingan ini tetap kontroversi.
Bukan karena pertandingan ini diwarnai dua kartu merah untuk Napoli
   Bukan juga karena gol penalti Vidal yang dianggap menguntungkan kubu Juventus
Atau pihak Napoli yang menolak menjadi runner-up
Tapi ini masih karena pemilihan Beijing sebagai lokasi pertandingan piala super Italia kali ini. Seperti yang kita tahu Beijing adalah ibukota Cina. Saat ini Cina adalah kekuatan baru ekonomi dunia. Bukan Amerika Serikat, bukan Jepang, apalagi Negara-negara Eropa yang justru terkena krisis besar. Bahkan negara kuat macam Jerman pun harus mengalami pertumbuhan PDB sebesar 0,3% sedangkan Perancis cenderung stagnan, dan negara-negara lain termasuk Italia memiliki pertumbuhan PDB yang negatif.

Penyelenggaraan pertandingan ini di Cina menjadi sebuah pertanyaan bagi saya. Pertandingan ini pasti memberikan manfaat bagi Cina. Pendapatan dari tiket pertandingan, merchandise, sebagai media promosi, sekaligus mendatangkan hiburan bagi warganya. Agak lucu mengingat Italia lebih membutuhkan itu semua dibandingkan dengan Cina. Angka pengangguran di Italia termasuk tinggi, belum lagi defisit anggaran yang terus menerus menggerogoti kemakmuran warganya, bukankah Italia yang lebih butuh pendapatan tiket dan merchandise? Bukankah Italia lebih membutuhkan media promosi agar wisatawan bisa mendatangkan devisa? Bukankah warga Italia lebih membutuhkan hiburan saat ini?

Mungkin saya terlalu naif, karena sepakbola tetaplah sepakbola, tidak peduli kondisi ekonomi saat ini, pertandingan harus berjalan, klub harus membayar gaji pemain yang sampai milyaran rupiah per pekan, dan klub juga harus membeli pemain-pemain baru di musim mendatang. Namun bagaimanapun juga saya adalah termasuk yang diuntungkan dengan pertandingan ini.Pertama pertandingan yang diadakan di Beijing membuat jam pertandingan lebih bersahabat untuk ditonton, dan yang Kedua adalah karena hasil positif akhirnya berhasil dipetik Juventus meskipun kontroversial (Juventini mode: on).
Akhirnya meskipun masih dengan penuh tanda tanya saya hanya bisa mengucapkan Forza Juve

Tidak ada komentar:

Posting Komentar